Terang saja, di dataran tinggi ini menyimpan kompleks makam yang
telah berusia tua. Tak sembarang penduduk disemayamkan, jenazah-jenazah
tersebut adalah kaum raja. Yakni nenek moyang suku Mandar di Kerajaan
Banggae.
Banyak yang mengatakan, bukit tersebut dipilih agar nenek moyang
Mandar dapat memantau keturunan mereka di bawah bukit, atau ketika
sedang mengarungi lautan luas.
Sebanyak 480 makam berjejer di dalam kompeks bernama Pemakaman
Kerajaan Raja Royal Banggae dan Hadat. Makam terbuat dari batu lava,
batu tanah, dan kayu. Wujudnya masih bagus, belum runtuh maupun rapuh.
Hal yang paling menarik dari sini, makam dihiasi oleh simbol
geometris, kaligrafi Arab, dan bahkan simbol swastika. Batu nisannya
juga diukir oleh simbol khas candi-candi Pulau Jawa. Simbol-simbol ini
melahirkan sejarah yang belum terkuak. Soal bagaimana agama Islam dan
Hindu bisa dijajarkan pada makam yang sama?
Wisatawan pun banyak yang mendatangi situs ini untuk menguak. Kini
Kompleks Makam Raja-Raja Banggae dan Hadat telah terdaftar sebagai Cagar
Budaya, konservasi pun terus dilakukan. Penelitian yang telah
dikumpulkan mencatat, makam ini sudah ada sejak abad ke-16 dan ke-17.
Siapa pemilik makam pun masih misteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar